Minggu, 02 Juni 2013

MENGENAL PEMBELAJARAN KOOPERATIF



1. Konsep Dasar  Pembelajaran kooperatif
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan oleh Vygotsky berdasarkan teori belajar konstruktivis. Hal ini terlihat pada hakikat sosiokultural dari teori pembelajaran Vygotsky yakni bahwa fase mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul pada percakapan atau kerjasama antara individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi terserap dalam individu tersebut. Implikasinya Vygotsky menghendakinya suasana kelas berbentuk kooperatif.
 Model pembelajaran kooperatif  juga didasarkan atas falsafah homo homini socius, falsafah ini menekankan bahwa manusia adalah mahluk sosial (Lie, 2003:27). Sedangkan menurut Ibrahim (Tarmidzi:2008) model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang membantu siswa mempelajari isi akademik dan hubungan sosial. Ciri khusus pembelajaran kooperatif mencakup lima unsur yang harus diterapkan, yang meliputi; saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota dan evaluasi proses kelompok (Lie, 2003:30). Model pembelajaran kooperatif bukanlah hal yang sama sekali baru bagi guru. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
Dari definisi di atas, dapat dijelaskan bahwa pembelajaran kooperatif itu berjalan berdasarkan elemen-elemen yang saling terkait didalamnya, diantaranya adalah saling ketergantungan positif antar personal yang dapat mencapai tujuan pembelajaran serta dapat menumbuhkan motivasi dalam belajar, sehingga dapat menjalin kerjasama antar individu.   
Anita Lie (2003) menyebut pembelajaran kooperatif dengan istilah pembelajaran gotong royong, yaitu system pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur. Lebih jauh dikatakan, pembelajaran kooperatif hanya berjalan kalau sudah terbentuk suatu kelompok atau suatu tim yang didalamnya siswa bekerja secara terarah untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan. Pada hakikatnya cooperative learning sama dengan kerja kelompok, dan banyak  guru yang mengatakan tidak ada sesuatu yang aneh dalam cooperative learning, karena mereka beranggapan telah biasa melakukan pembelajaran cooperative learning dalam belajar bentuk kelompok, walaupun sebenarnya tidak semua belajar kelompok dikatakan cooperative learning, seperti dijelaskan oleh Abdulhak (dalam Rusman, 2011:215) bahwa pembelajaran kooperatif dilaksanakan melalui sharing antara peserta belajar, sehingga dapat mewujudkan pemahaman bersama diantara peserta belajar itu sendiri.
Dari  pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang didasari oleh adanya kerjasama yang menanamkan pemahaman komunikasi antar individu. Dalam pembelajaran ini akan tercipta sebuah interaksi yang lebih luas, yaitu interaksi dan komunikasi yang dilakukan antara guru dengan siswa dan siswa dengan guru.

2. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif
Karakteristik atau ciri-ciri pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan sebagai berikut (Rusman, 2011:220) :
a)  Pembelajaran secara tim
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara tim. Tim  merupakan tempat untuk mencapai tujuan.oleh karena itu tim harus mampu membuat setiap siswa belajar. Setiap anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran.
b) Didasarkan pada manajemen kooperatif 
Fungsi manajemen sebagai perencanaan menunjukan bahwa pembelajaran kooperatif dilaksanakan sesuai dan melalui perencanaan, melalui langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan. Misalnya tujuan apa yang harus dicapai, bagaimana cara mencapainya, apa yang harus digunakan untuk mencapai tujuan, dan lain sebagainya. Fungsi manajemen sebagai organisasi, menunjukan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran  berjalan dengan efektif. Fungsi manajemen sebagai pelaksanaan, menunjukan bahwa pembelajaran kooperatif dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, melalui langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan. Fungsi manajemen adalah control, menunjukan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentukan criteria keberhasilan baik melalui bentuk tes maupun non tes.

3Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kooperatif
Menurut Roger dan Davin Johnson  (dalam Rusman, 2010:226) ada lima unsur prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif, yaitu sebagai berikut: 
a)      Prinsip ketergantungan positif (positive interdependence), yaitu dalam pembelajaran kooperatif, keberhasilan dalam penyelesaian tugas tegantung pada usaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut. Keberhasilan kerja kelompok ditentukan oleh kinerja oleh masing-masing anggota kelompok. Oleh karena itu, semua anggota dalam kelompok akan marasakan saling ketergantungan.
b)      Tanggung jawab perseorangan (individual accountability), yaitu keberhasilan kelompok sangat tergantung dari masing-masing anggota kelompoknya. Oleh karena itu, setiap anggota kelompok mempunyai tugas dan tanggungjawab yang harus dikerjakan dalam kelompok tersebut.
c)      Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction) yaitu memberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi untuk saling memberi dan menerima informasi dari anggota keompok lain.
d)     Partisipasi dan komunikasi (participation communication), yaitu melatih siswa untuk dapat beripartisipasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran
e)      Evaluasi proses kelompok, yaitu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka, agar selanjutnya bisa bekerjasama dengan lebih efektif.
4. Prosedur Pembelajaran kooperatif
Prosedur atau langkah-langkah pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap, yaitu: 
a)  Penjelasan materi
Tahap ini merupakan tahap penyampaian pokok-pokok materi pembelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama tahapan ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran.
b) Belajar kelompok
Tahapan ini dilakukan setelah guru memberikan penjelasan materi, siswa bekerja dalam kelompok yang telah dibentuk sebelumnya.
c) Penilaian 
Penilaian dalam pembelajaran kooperatif  bisa dilakukan melalui tes atau kuis, yang dilakukan secara individu atau kelompok. Tes individu akan memberikan penilain kemampuan individu sedangkan kelompok akan memberikan penilain peda kemampuan kelompoknya. Sejalan dengan konsep di atas Sanjaya  (dalam Rusman, 2011:227).  Mengemukakan bahwa hasil akhir setiap siswa adalah penggabungan keduanya dan dibagi dua. Nilai setiap kelompok memiliki nilai sama dalam kelompoknya. Hal ini disebabkan nilai kelompok adalah nilai bersama dalam kelompoknya yang merupakan hasil kerja sama setiap anggota kelompoknya.
d) Pengakuan tim
Pengakuan tim adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah, dengan harapan dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi lebih baik lagi.
5. Model-Model Pembelajaran Kooperatif
Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa model yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar di kelas (Lie,2003), yaitu:
1)      Model Mencari Pasangan (Make A Match), yaitu model yang menggunakan teknik mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia.
2)      Bertukar Pasangan. Model ini memberi siswa kesempatan untuk bekerja sama dengan orang lain. Pasangan bisa ditunjuk oleh guru, atau berdasarkan teknik mencari pasangan.
3)      Think-Pare-Share. Model ini memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan dan teknik ini adalah optimalisasi partisipasi siswa, yaitu memberi kesempatan delapan kali lebih banyak kepada setiap kali siswa untuk dikenal dan menunjukan partisipasi mereka kepada orang lain.  
4)      Berkirim Salam dan Soal, teknik ini memberi kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan keterampilan mereka. Siswa membuat pertanyaan sendiri sehinga akan merasa terdorong untuk belajar dan menjawab pertanyaan yang dibuat teman sekelasnya.
5)      Kepala Bernomor (Numbered Heads), teknik ini dikembangkan Spencer kagan (1992). Teknik ini memberi kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan pertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu teknik ini mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka.
6)      Kepala Bernomor Terstuktur, teknik ini modifikasi dan teknik kepala bernomor yang dipakai Spencer Kagan. Dengan teknik ini siswa bias belajar melaksanakan tanggung jawab pribadinya dan saling keterkaitan dengan teman-teman kelompoknya.
7)      Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray), teknik ini dikembangkan Spencer Kagan (1992) dan bisa digunakan dengan teknik kepala bernomor. Teknik ini memberi kesempatan kepada siswa untuk membagikan hasil informasi dengan kelompok lain.
8)      Keliling Kelompok, dalam teknik ini masing-masing anggota kelompok mendapatkan kesempatan untuk memberikan kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan pemikiran orang lain.
9)      Kancing Gemerincing. Teknik ini dikembangkan juga oleh Spicer Kagan (1992), dimana masing-masing anggota kelompok mendapatkan kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran orang lain.
10)  Keliling Kelas, teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk memamerkan hasil kerja mereka dan melihat hasil kerja orang lain. 
11) Lingkaran Kecil-Lingkaran Besar (Inside Outside-Circle), dikembangkan Spincer Kagan untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar saling berbagi informasi pada saat bersamaan. 
12) Tari Bambu, tehnik ini merupakan modifikasi lingkaran kecil-lingkaran besar, karena keterbatasan ruang kelas. 
13) Bercerita Berpasangan (paired story telling), dikembangkan sebagai pendekatan interaktif antara siswa, pengajar, dan bahan ajar. Dalam teknik ini guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata itu agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Dalam kegiatan ini siswa dirangsang untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan berimajinasi sehingga siswa terdorong untuk belajar. Selain itu, siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi. 




DAFTAR RUJUKAN


Lie, Anita. (2003). Cooperative Learning Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT Gramedia.

Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Press
Tarmizi Ramadhan. (2008). Pembelajaran Kooperatif “make a-match” . http: //tarmizi. wordpress. .com/ 2008/ 12/ 03/ Pembelajaran-kooperatif-make a-match/. (Diakses pada hari Rabu tanggal 21 Nopember 2012)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar